Hujan, Di Gereja: Epilog

09.04 Pohon Belimbing 0 Comments



(Hujan deras mengguyur lamunanku yang berserakan di udara.
Desah mengulum amarah dan tanda tanya ternyata bukan apa apa)

Kau, terkasih
Adalah bagaimana mazmur meminta hari penghakiman datang segera

Allahku, Allahku!

Kau bilang aku membencimu.
Aku bilang aku mencintaimu
Kau bilang.. ah,

Kau terkasih, adalah bahaya neraka yang bisa dinubuatkan dengan puisi cinta paling indah yang bisa direka.
Apakah yang lebih bahaya dari cinta yang kau bangkitkan tanpa memikirkan nyawa dan cinta adalah dua ujung nafas manusia?

Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!

Dan, apakah, terkasih?
Yang lebih berbahaya dari membiarkan seorang anak manusia mencintaimu, membuatnya berpikir bahwa kau juga mencintainya
lewat kata, lewat tangan, lewat mata, lewat mantra

(Itu sama sekali nggak mikir. nggak ingat)

Kau terkasih, jauh lebih berbahaya dari neraka

Dan apakah yang lebih berbahaya, terkasih
Selain membiarkan kepercayaan yang disia siakan
Iya, perempuan itu terkasih
Kusayangi ia bagai kakak dan puteri Yerusalem yang kubaca di kisah peri dan dongeng dan mimpi
Dia tahu jelas, aku mencintaimu dan kau mencintainya.

Perempuan itu hanya tersenyum

Aku jelas, dungu di kepala kalian.

Kalian terkasih, kekasih. Jauh lebih berbahaya dari neraka

Kalian terkasih, kekasih.

Dengan apalagi aku bisa berkata kata. Padahal sejak awal sudah jelas, kebohongan selalu jadi bagianku. Dan puisi, selalu jadi milikmu.

Iya puisi ini terakhir yang jadi milikmu.

Kalian terkasih, kekasih. Bahagia selalu.

Amin.

(Hujan deras mengguyur lamunanku yang berserakan di udara.
Desah mengulum amarah dan tanda tanya ternyata bukan apa apa)

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Kenalan dengan saya disini!