Hastanta
Di ambang malam, dan tembang yang mengada ada
Angin menjadi jejak kesedihanku yang terus terusan kau
amini, entah apa bahagianya jadi dirimu terkasih
Jika kuminta padamu sekali saja untuk betul betul pergi,
bisakah kau?
Kusebut sebut kau dalam doa, kali ini agar pergi saja tanpa
kenang apa apa
Kenang hanya sanggup membuka luka lama yang sebetulnya
belum kering juga
Jika kuminta padamu sekali saja untuk tidak lagi menyebut
namaku, bisakah kau?
Kepedihan ini memang bukan apa apa melainkan sesak di dada
dan bukan apa apa selain air mata yang kering dan mengganjal, dan cinta yang
seharusnya disangkal
Paru paruku yang tahu semuanya gemetar karena tahu
seluruh darahmu itu mengalir kemana
Sungguh, tak akan pernah kau mengerti betapa rumpang baris
sajak yang kuisi dirimu
sebab kalimat kalimat patah ini mengerti,
kau tak pernah benar benar mengalir, dan ricik
pada cinta yang
berganti ganti aksara ini
0 komentar: