Di Gereja: Sepi

13.16 Pohon Belimbing 0 Comments

Kita sempat ada, ujar cahaya
(Kau menoleh, cahaya datang dari dua bola mata)

Masihkah kita harus taat pada kecemasan dan gigil kita?
Sedang doa masih saja jadi tempat perlindungan paling setia,
dan kau masih jadi kata yang selalu kuminta dengan percaya

Kau masih jadi kidung yang buta nada

Nyanyian melengkapi sunyi yang mencengkram nyawa
(Jika kematian menantiku tanpa suara, apa bedanya kau?)


:Kau juga, masih jadi amsal yang tak bisa dibaca

0 komentar:

Di Gereja:Ayat

11.29 Pohon Belimbing 0 Comments

Dan segala rupa mencintaimu adalah sangkal diri,
Dan segala bentuk kesedihan adalah salib,
Dan segala rindu adalah jalan mengikutimu

0 komentar:

Tacenda

11.20 Pohon Belimbing 0 Comments

 Kita sudah tak asing dengan kalimat-kalimat patah
Sekali lagi sayang,
sudah cukup air mata yang tumpah

“Malam ini berdebu”

Aku diam saja, takut mengganggu


“Kau hancur dan berdebu”

0 komentar:

Kalvari

10.50 Pohon Belimbing 0 Comments

Ada sesak yang harus dipenggal ketika kita sibuk menerka-nerka
Ada ragu yang tersaruk –saruk, berdiri di hadapanmu, menyangkal diri dan mengaku dosa

“Apa cinta adalah salib yang harus kupikul dengan setia?”

Ada aku, yang meminta sejumlah rahasia

“Apa cinta juga bangkit pada hari yang ketiga?”

0 komentar:

Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik

23.27 Pohon Belimbing 0 Comments

Penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik memang sudah seharusnya menjadi isu penting. Hal ini dikarenakan munculnya suatu kebingungan baru, bahasa Indonesia kini lengser dari kedudukan utamanya yaitu menjadi bahasa utama. Bahasa Indonesia kini dianggap tidak begitu efisien lagi digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Isu tersebut bukan karena tanpa alasan, bahasa Indonesia dianggap lambat dan kurang pas dalam menyampaikan suatu makna dalam komunikasi, misalnya masih banyak kosakata bahasa Indonesia yang belum ada untuk mewakili kosa kata bahasa asing tertentu. Meskipun sudah ada, sosialisasi bahasa itu pun masih lambat dilakukan sehingga masih banyak masyarakat Indonesia yang masih buta dan minim kosa kata.

Tidak hanya dalam komunikasi sehari-hari, bahasa Indonesia pun dianggap masih kurang pas penggunaannya dalam sektor ekonomi, contohnya saja iklan. Iklan di Indonesia hampir semuanya tidak menggunakan bahasa Indonesia, yang benar tentu saja. Alasannya sederhana, karena masih sebagian besar masyarakat Indonesia kurang mengerti bahasa Indonesia sehingga penggunaan bahasa Indonesia dalam iklan menjadi tidak menjual. Bahasa asing dan bahasa pergaulan masih lebih menjadi bahasa komunikasi utama dibandingkan bahasa Indonesia.


Ada banyak sekali sebetulnya hal-hal yang dapat kita lakukan agar bahasa Indonesia kembali menjadi bahasa utama, salah satunya adalah dengan membiasakan diri. Membiasakan diri, setidaknya menggunakan bahasa Indonesia yang benar, dalam maksud saya benar adalah sesuai dengan situasi dan kondisi, akan memberikan pengaruh juga setidaknya bagi orang sekitar kita, dan orang sekitar kita juga akan mempengaruhi, setidaknya orang di sekitar mereka, dan seterusnya. Efek domino. Iya, mari kita lihat seberapa besar pengaruh yang kita lakukan jika kita memulai membuat perubahan itu dari diri kita sendiri.

0 komentar:

Percakapan Malam Hujan - Sapardi Djoko Damono

11.29 Pohon Belimbing 0 Comments

Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan
payung, berdiri di samping tiang listrik.

Katanya kepada lampu jalan, “Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam.”

“Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba suara
desah; asalmu dari laut, langit, dan bumi;

kembalilah,
jangan menggodaku tidur. Aku sahabat manusia. Ia suka terang.”

(1973)

0 komentar:

Burung

07.48 Pohon Belimbing 0 Comments

Dongeng sudah lama menjadi bagian tubuhmu sejak sayap tak lagi mampu menanggung rahasia yang berjatuhan di pundakmu. Bergantian meneriaki kesepian kesepian baru yang tak lagi tampak asing di jalan setapak rumahmu yang hanya diisi kemarau September panjang dan tawa anak anakmu yang hilang

Terbanglah, sayang. Biar air mata kering terbawa cuaca

Kau akan selalu tabah meski tak tahu kapan kemarau akan sudah.
Kau akan selalu setia
Sampai akhir cerita,

Sampai hujan menetes berisik di bibir beranda

0 komentar:

Kita

07.45 Pohon Belimbing 0 Comments


Kita sudah tak asing lagi dengan sunyi yang berhamburan, dan
titik di ujung bahasa kita yang gaib dan gelisah
Sedang ujung jemarimu yang pucat menyangkalkan cinta yang menyala-nyala

Apakah mencintaimu adalah dosa yang harus kutebus dengan pasrah dan setia?

Kita sudah tak asing lagi,
dengan cinta yang tak punya akhir bahagia


0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Kenalan dengan saya disini!