imajinasi: perempuan seksi dan alat vital saya

22.35 Pohon Belimbing 0 Comments

perempuan seperti apa yang seksi menurut kamu? semoga saya adalah pria terakhir yang disodori pertanyaan semacam itu oleh pacar sendiri. saya tidak mau mendengar ada pria lain berbohong menggunakan kalimat klise untuk menjawab pertanyaan seperti itu.
setiap pria punya pemahamannya sendiri tentang perempuan seksi—dan pengertian itu bisa berubah dengan amat cepat. salah satu hal paling sulit di dunia ini, bagi saya, adalah bertahan menganggap seorang perempuan tetap seksi dalam waktu lama. tingkat kesulitannya nyaris sama dengan menemukan perempuan yang sama seksinya dengan yang ada di imajinasi saya.
perempuan seksi adalah perempuan yang ketika bertemu pertama kali saya berpikir untuk bercinta dengannya. itu perempuan seksi bagi saya. sederhana. saya bilang bagi saya, sebab ketika bertemu perempuan yang sama belum tentu hal serupa hadir di benak pria lain, dan sebaliknya.
jika pertanyaannya: perempuan seperti apa yang membuat kamu ingin bercinta dengannya pada pertemuan pertama? jawabannya menjadi tidak sederhana lagi. tentu saja, tidak semua perempuan membuat saya punya keinginan bercumbu dengannya pada pertemuan pertama. lebih tepatnya, saya sangat jarang ingin bercinta dengan perempuan yang baru saya temui.
*
saya tidak cuma menggunakan mata untuk menilai apakah seorang perempuan membuat saya ingin bercinta dengannya atau tidak. bisa jadi ini kelemahan yang baik bagi saya. saya senang melihat seorang perempuan bertubuh indah dan wangi, cantik, dan mengenakan pakaian minim, seperti pria lain. tetapi hal itu bisa jadi cuma membuat saya membayangkan bercinta dengan perempuan lain, bukan dengan perempuan yang saya lihat itu.
perempuan yang bisa membuat saya ingin bercinta dengannya ibarat puisi yang baik. bagi saya, puisi yang baik adalah jendela separuh terkuak, separuh terbuka. dia ditulis dengan maksud membunyikan sekaligus menyembunyikan. saya menyukai puisi yang setiap kali membacanya saya menemukan sekaligus hal-hal yang akrab dan asing, hal-hal yang baru dan usang. puisi yang baik tidak sekadar mengenakan bahasa indah, tetapi pula menyimpan lapisan-lapisan gagasan yang bisa membuat saya tersesat—dan menikmati ketersesatan saya. puisi yang baik, bagi saya, menyodorkan pertanyaan-pertanyaan, bukan jawaban. saya menyukai puisi yang nampak sederhana tetapi membuat pikiran dan imajinasi saya tambah tumbuh.
imajinasi salah satu alat vital saya. perempuan yang mematahkan imajinasi saya bukan perempuan seksi. secantik apapun wajahnya. secerdas apapun otaknya. selembut apapun perangainya. sepandai apapun dia memadumadankan warna pakaian dan polesan make-up-nya. perempuan seksi bagi saya bisa jadi seorang yang sederhana, namun dalam dirinya tersedia pupuk bagi pohon imajinasi saya. dalam diri setiap pria dewasa ada seorang anak kecil. dalam diri setiap anak kecil ada hutan imajinasi.
*
ketika pacar saya, sekarang bukan pacar lagi, melontarkan pertanyaan yang ada di awal tulisan ini, saya menjawab: perempuan seksi itu seperti kamu. saya tidak punya pilihan lain. saya harus mengatakan kalimat klise itu. jika dia membaca tulisan ini, dia pasti akan mengatakan: saya bilang juga apa, pasti dia bohong! semoga dia akan memaafkan kebohongan saya itu.
kami berciuman setelah saya membohonginya. saya berusaha tidak memejamkan mata ketika berciuman, tetapi tidak sanggup. saya memiliki sesuatu di imajinasi saya yang ingin tumbuh. dia juga mengatup kedua matanya. barangkali dia membayangkan pria lain, pria yang lebih seksi daripada saya. “bahkan sepasang bibir membutuhkan privasi. itulah kenapa kita memejamkan mata saat berciuman,” kata saya kepadanya seusai berciuman.

0 komentar:

Delapan Aku Yang Tak Mendapat Tempat Di Dadamu

07.15 Pohon Belimbing 0 Comments

aku buku yang tak kau sentuh, melipat diri
di halaman yang menoreh namamu dengan peluh
aku debu tebal di jemari kipas angin, separuh diriku
masuk ke paru-paru yang pura-pura tak ingin

aku nampan berukir buah-buahan, apa yang
gelas kaca sangsikan meski sedia jadi tumpuan
aku radio tua hilang suara, nada sumbang
di telingamu yang mulai tahu selera

aku sapu lidi, separuh aku tercerabut ketika
membersihkan pelataran batin yang tak sudi
aku asin air kolam, yang kau lempari batu saat
sesal dan kesal hadir sebab mata susah memejam

aku lemak dadih di sup iga yang mendidih,
yang kau hindari dengan gemuk sebagai dalih
aku daun nipah yang melebat mewah
saksi ciuman-ciumanmu dengan kekasihmu
di beranda rumah

2011


http://www.adimasimmanuel.com/2011/12/delapan-aku-yang-tak-mendapat-tempat-di.html

0 komentar:

Tiga Puisi Pertama Sejak di Rantau

06.42 Pohon Belimbing 0 Comments

1/ Di Kedai Kopi Anomali

Di kota ini setiap orang tak membutuhkan wisata sebab wisata terbaik di kota ini menjelajahi setiap orang. Katamu, kau menyukai tempat ini meski hanya itu saja pemandangannya. Cara pandang adalah gaun  yang selalu baru meski tubuhmu itu melulu.  

Kita memasuki ruangan yang dihujani aroma kopi. Tiba-tiba seluruh badanku basah. Ingatan seperti payung yang senantiasa tertutup jika teringat akan tiga hal: percakapan, rasa dataran tinggi, dan kesendirian. Ah, bagaimana mungkin ada percakapan dan ada kesendirian? Tanyamu. Mungkin, lihat saja orang kota, jawabku.

Dalam tubuh yang hiruk-pikuk, Tuhan hidup menggelandang. Tubuh yang baik harusnya punya alarm kapan harus telanjang dari bising kapan harus berpakaian sunyi. Kapan harus ditelanjangi waktu, kapan harus menelanjangi kenangan. Tetapi untuk tahu kita telanjang kita harus di tempat yang penuh cahaya. Maka aku bilang tak menyukai tempat remang karena ia menyamarkan kesadaranku: apakah aku telanjang atau berpakaian?

Tiba-tiba kau minta pulang. Alarm lain membangunkanmu.  Aku menurutimu, sebab orang tua pun akan merasa seperti telanjang jika kau membangkang. Kau tak akan jadi gaun yang indah bagi mereka.

2/ Di Sebuah Café yang Kursinya Kau Sukai

Aku memasuki kafe dengan basah kuyup. Kota ini senantiasa menghujaniku dengan asap, keringat, dan kebisingan.Ya, kota ini begitu mudah basah oleh hal-hal kering, juga begitu mudah kering oleh hal-hal basah.  banyak tangisan mudah kering oleh langkah kalender dan tenggat pekerjaan, dan sebaliknya.

Ah, kota ini memang berkebalikan. Seperti jungkat-jungkit dengan pengungkit yang lepas engselnya. Semua serba terbalik dan terlempar dari titik tumpunya. Akar pohon tergantung di langit dan awan-awan mengalir dari selokan ke sungai. Tiba-tiba kota yang serba berkebalikan tersedot kembali ke porosnya setelah kau memecah lamunanku: “aku orangnya mudah bosan. Mari pindah.” Aku mengikutimu. Pindah adalah cara berdiam yang tak efektif, batinku.


3/ Di Goethe

Dengan terbata-bata kau mengucap namaku. Dengan bata-kata kubangun kesadaran yang semula hanya punya pondasi dari alam mimpi: aku menemukanmu, meski tak yakin bisa sembuh dari semu.

Aku berencana membangun rumah yang bertingkat satu, sebab aku tak menyukai rumah yang terlalu besar. Rumah yang besar tak bisa mengekalkan kehangatan. Banyak celah ruangan yang dingin dan membuat penghuninya menggigil seperti sepasang kekasih yang saling menjaketkan tubuh dari terjangan ketidakpastian dengan sebuah kata mungkin.

Tapi di ruangan ini aku mendadak ingin membangun rumah yang tinggi bagai menara untuk menampung banyak nada-nada. Nada yang memayungi tingkap-tingkap bahasa di mana aku dan kau duduk di balkon utamanya sambil memandangi orang yang lalu-lalang, tak lama kita tersenyum tipis karena memikirkan hal yang sama:
Di kota ini setiap orang tak membutuhkan wisata sebab wisata terbaik di kota ini menjelajahi setiap orang .

Tiba-tiba aku ingin membentangkan sebuah peta dan mencari tahu tujuan wisata manalagi yang bisa kujelajahi hanya dengan bercakap-cakap denganmu.


0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Kenalan dengan saya disini!