Tentang Usinara - Goenawan Mohammad

09.45 Pohon Belimbing 0 Comments

Usinara, yang menyerahkan jagat dan darahnya untuk
menyelamatkan seekor punai yang terancam kematian,
tahu dewa-dewa tak pernah siap. Mereka makin tua.
Langit menggantungkan dacin pada tiang lapuk Neraka
Sejak cinta dibunuh. Timbangan terlambat. Telah tujuh
zaman asap & api penyiksaan mengaburkan mata siapa
saja.



Di manakah batas belas, Baginda? “Mungkin tak ada,”
jawab Usirna. Ia hanya menahan perih di rusuknya
ketika tujuh burung nasar sibuk di kamar itu, (tujuh,
bukan satu), merenggut dagingnya, selapis demi
selapis.



Sering aku bayangkan raja yang baik hati itu tergeletak
di lantai, memandang ke luar pintu, melihat debu sore
dan daun-daun yang pelan-pelan berubah ungu. Ia ingin
punai itu segera lepas. “Ayo, terbang. Aku telah
menebus nyawamu,” ia ingin berkata. Tapi suaranya
tak terdengar.



Sementara itu, di sudut, si punai menangis: “Tak ada
dewa yang datang dan mengubah adegan ini jadi
dongeng!” Usirna hanya menutup matanya. Ia tahu
kahyangan adalah cerita yang belum jadi.


2012

0 komentar:

Estuaria - Adimas Immanuel

09.38 Pohon Belimbing 0 Comments

Malam memudar setelah bulan merekatkan butiran cahaya
menusuk iris dengan karat aksara: tak jelas apakah gangsa
magenta atau malah lila, huruf-huruf itu tetap tak terbaca
langit masih akan kelabu dan kau tetap mengelabuiku.

Kita akan pulang. Aku menyeretmu seperti kepiting uca
menyeret hidupnya: sendiri dan terjaga. Di keluasan
pasir pesisir yang asing, mengendap dan menyelinap
menghindari sepasang mata yang membakar sunyiku.
Ia waktu: pokok-pokok hidup yang hangus itu.

Aku menyeret sejumlah kata-kata dalam karapas
melalui jaring kegilaan yang tak bisa kuterabas
tapi kau terus menuju ke laut, tak membiarkan
kata-kata pasang-surut dan terlepas.

"Tak ada yang tetap di estuari,
selain cinta dan ketabahan abadi."

(2016)

0 komentar:

Sri Respati - Adimas Immanuel

09.32 Pohon Belimbing 0 Comments

Tak akan ada yang terambil darimu. Radio tua, daster kesayangan, obat batuk, dan kitab suci. Semuanya masih dan akan selalu milikmu, sepanjang hari besertamu. Masa tua masih akan jadi kepunyaanmu, telaga yang tak habis-habis kau timba setelah hidup mengurasmu: lahir, tumbuh, bekerja, kawin dan beranak-cucu. Selamat, kau melalui semua dengan sentosa.

Tak akan ada yang terambil darimu. Becak langganan, gereja, kantor pos, teman-teman lansia, dan anak-cucumu. Semuanya masih dan akan selalu membuka diri untukmu. Masa tua adalah pohon yang tumbuh jauh menerobos tingkap-tingkap langit, dan buah kebijaksanaan itu kini milikmu. Hanya usia, ulat sia-sia yang berusaha merenggutnya darimu, tapi kau mengalahkannya!

Tak akan ada yang terambil darimu karena kau tak pernah merasa memiliki apapun dari dunia ini,  kau tahu itu. Kau pasrahkan masa depanmu; kauserahkan seluruh jatuh uban, sakit dan sembuhmu. Dalam doa-doa malamku, kau adalah kata yang tak menemukan akhir sebuah tafsir. Jangan pernah redup sebelum pemilik terang sendiri memintamu. Sungguh, kau layak berbahagia.


Jakarta, 2016

0 komentar:

Doa Saat Hujan

08.30 Pohon Belimbing 0 Comments

Guratan kayu,
lembab,
basah kusentuh,
hujan,
menetes,
dari helai rambutmu,
doaku,
lunturkan ketakutan,
mu pada dunia,
lunturkan dosa,
yang menyatu dalam sukma,
lunturkanlah benci
yang mengalir dalam nadi,
hujan,
menetes,
Amin.

19 Maret 2015

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Kenalan dengan saya disini!