PUISI TERBODOH KARENA SAYA BODOH DAN INSPIRASINYA JUGA KISAH YANG BODOH

12.02 Pohon Belimbing 0 Comments


Kubagikan resah dan kesedihanku kepada puisi, agar kelak kubaca kembali dan kumengerti
Betapa mencintai adalah luka, dan luka adalah tentang kata kata

Kubagikan cintaku yang adalah selalu tentangmu, dan tentang doa yang patah berserakan sejak mulanya.
Betapa cinta asing untuk diimani, dan kau usang untuk diingat kembali

(“Tuhan, apa aku jatuh cinta sama dia aja ya?”)

Kubagikan pertanyaan itu pada puisi, sebab tanda tanya ialah bodoh dan kepercayaanku hilang kendali
Betapa cinta adalah kaki kaki kursi yang patah dan ganjil untuk diduduki

“Angel cantik.”

Kubagikan kebohongan pertama itu pada puisi sebab wajahku asing dalam ingatanmu, dan sejak mulanya mataku bukan apa apa, dan air mata di ujung bulu mataku adalah ketidakingintahuanmu.

“Angel habis nangis. Kenapa?”

Kubagikan sekali lagi pada puisi sebab pertanyaan kenapa selalu tidak ada wujudnya. Ia ghaib dan asing dalam banyak kosakata, begitupun pada bibir dan ingatanmu.

“Kalau gue mau nganterin lo pulang belakangan emang kenapa?”
“Jangan main apa. Panas”
“Gedungnya cantik ya?”
“Lo lucu pake bandana itu”

Kubagikan kalimat itu sebab kita berdua lucunya selalu asing pada kesepian ternyata. Kalimat kalimat murahan ternyata padan dengan perasaan kita yang sia sia sejak mulanya. Perasaanku sebenarnya. Perasaanmu? Siapa tahu?

“Lah emang lo laku? Kayak ada yang mau aja sama lo”
“Jangan suka godain dia kenapa?”
“Terus aja. Jalan sama laki laki yang mana lagi?”

Kubagikan kebodohanku saat kupikir kalimat kalimat itu karena kamu cemburu. Lucunya, kau marah waktu itu saat ada laki laki yang mendekatiku. Kalau tidak salah, dua laki laki. Satu gugup saat kamu jawab semua pertanyaannya tentangku seakan paling tahu. Satu gugup karena kamu bilang untuk jangan menggangguku.

“Apaansih gue peka kok sama lo”
“Lo tuh nggak peka Ngel”
“Angel nanti mau punya anak namanya siapa?”

Kubagikan kalimat itu kepadamu, agar kelak kau baca, kau mengerti betapa kalimat yang keluar dari mulutmu tanpa dipikir itu sungguh, sungguh neraka

“Angel kalau nikah mau hari apa?”
“Bagus dong bisa masak. Jadi nanti kita nggak perlu beli.”
“Angel pakai baju putih kayak pengantin”

Iya, bodoh bukan? Imajinasi anak kecilku dibangunkan oleh kalimat yang tidak dipikirkan.

“Angel belajar mangkanya nyuapin gue”
“Kucing aja diurusin”
“Angel harus belajar coba, potongin kuenya”
“Angel paling suka es teh.”
“Angel tuh emang kayak gitu coba. One and only.”
“Angel kayak daging gelonggongan”
“Angel kalau gue nyebur ke danau, lo nyebur juga nggak?”
“Angel sedih karena filmya tentang keluarga kan?”
“Jadi maksudnya Angel tuh gini..”
“Angel kukunya doang yang cantik”
“Iyalah, Angel sekarang cantik”
“Angel, kapan kapan nonton teater yuk”
“Lo tuh nggak bisa banget dibilangin ya?
“Oh gitu jadi bisa sakit tapi nyuekin satu orang doang bisa?”
“Mangkanya, kalau pulang hatinya tenang”
“Nggak ada arti bukan berarti nggak berarti”
“Gue tuh lebih emosional dari ini.”
“Kalau gue nggak kayak gii, lo nggak bakal liat gue lagi sekarang”
“Gue nggak suka kalo lo dikatain ya gajelas”
“Angel kamu mau makan apa jalan kaki aja sih?”
“Angel nggak kayak gitu. Lo aja lebay”
“Gue aja lebih inget apa yang lo omongin daripada lonya sendiri”
“Gue bahkan lebih kenal lo dari lo kenal diri lo sendiri”
“Kalau emang passion lo di situ, ya jalanin.”
“Bisa nggak sih nggak usah nyolot?”
“Minta maaf dengan dasar apa?”
“Gue nggak ngerti sama puisi lo”
“Iya bikinnya sambil nyolot. Bagus kan hasilnya?”
“Pamer”
“Maaci”
“Gue nangis kalau lagi marah.”
“Gue nggak apa apa kalo dihina, tapi jangan sampe gue denger orang yang gue sayang, orang tua gue yang dikatain”
“Bokap gue, itu berusaha untuk bisa tampil di depan Ngel. Bokap gue, walaupun emang nggak profesional tapi dia berusaha banget bisa melayani”
“Nyokap gue itu ngalahin penatua kali ya soal ilmu tentang alkitab. Kalah deh semua”
“Kayaknya dia berubah deh, jadi lebih gampang dibilangin”
“Iya gue suka banget sama dia. Itu sih gue kejar”
“Gue suka sama yang ini itu udah lama.”
“Long and complicated story, Ngel. Lo gatau aja”
“Angel benci sama gue?”
“Gestur lo aja benci sama gue”
“Asal dia bahagia. Gue turutin maunya apa.”
“Habis nangis ya?”
“Kasarnya, Ngel. Dia begini ke gue juga gara gara lo”
“Harusnya yang sakit hati dia, bukan lo. Dia begini ke gue gara gara nggak mau nyakitin orang yang suka sama gue. Kasarnya dia begini ke gue, juga gara gara lo”
“Bisa jadi dia begitu ke lo karena kasihan kepingin gue berubah, akhirnya suka ke lo”
“Lo nggak boleh sakit hati ke dia, dia mikirin lo”
“Lo bisa nggak sih suaranya alusin. Lo ngomong sama abang lo kasar begino]i lo pikir kuping gue nggak sakit?
“Lo cuma mikirin perasaan dia Ngel. Lo nggak mikirin perasaan gue”
“Lo adore sama dia, beda”
“Gue cuma pengen dia bahagia.”
“Segitunya gue nggak cocok sama dia?”
“Cobain deh eh tapi jangan deh mungkin nanti lo iris leher”
“Lo nggak peduli sama gue”

Kubagikan ini pada puisiku, agar kau baca. Seandainya bisa, terkasih. Semua pertanyaan dalam kalimat kalimat di atas, kamu jawab sendiri. Sisanya, memang tanggungan puisi ini. Bukan lagi tanggunganmu

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Kenalan dengan saya disini!