Di Gereja: Akhir

11.00 Pohon Belimbing 0 Comments

Dan beginilah akhirnya,

Sejak cinta meletakkan jejaknya pertama kali di tulang belulangku yang tanpa waspada,
dan kau kekasih, riuh ricik darah yang membawa begitu banyak luka

Jadi beginilah, kekasih
Kau menjelma mantra yang akrab dalam rahasia yang kuceritakan, dan
doa yang kupanjatkan,

Kau kekasih, adalah air mata yang selalu kusembunyikan

“Sejak aku mengerti tangan lelaki bisa selembut tanganmu, kekasih. Sejak aku mengerti mata juga bisa berkata kata. Sejak aku mengerti kata kata ternyata bisa menjelma manusia.”

Sejak matahari menjelma rindu untukmu,
dan degup gelisah menjadi satu dengan ingatan akan perangai kecilmu
Kau kekasih, kau menjelma asin yang di pipi dan sudut bibirku yang lelah,
adalah bahagia dan duka yang bertanya
mana cinta, mana rindu

Kau kekasih, adalah salah tafsir bahasaku yang paling keliru

“Sejak aku mengerti kata kata lelaki adalah selalu paling rahasia, tak tertebak maksudnya, dan aku terlalu dungu membiasakan diri akan cinta yang tak tahu apa apa tentang siap sedia.”

Sejak kenang akan bulu matamu menjadi cinta yang malu malu,
dan bola matamu menjadi titik koma dalam baris aksaraku
Kekasih,
Kau menjelma sengal napasku yang tenggelam, atau terbang setinggi apa
Keduanya sesak, kekasih
Dan keduanya masih menjelma harum tubuhmu

“Sejak aku mengerti bahwa namaku yang selalu di ujung bibirmu mungkin tak seperti namamu di ujung doaku, dan aku mungkin terlalu terbiasa dengan suaramu.”

Sejak kata kata menjadi hilang suara di antara tubuh dan jiwa kita yang tak mampu berkata kata.
Aku tak mengerti kekasih
Bagiku adalah cinta, lalu bagimu apa?
Semua doa, semua isyarat, semua tawa, amarah, cemburu, duka, air mata
dan tanganmu yang begitu mudahnya menghapus nestapa di ujung rambutku

Kekasih,
Apa itu bagimu jika tafsir bahasaku selalu tanpa makna bagimu?

“Sejak aku merangkai ranting yang patah dalam ingar tangisku yang tanpa getar. Dan kau yang susun, kau yang tanam dengan kepercayaan yang apa”

Tak kupahami, kekasih. Tak kupahami dirimu dan semua yang menyala nyala dalam kepalaku

Dan beginilah akhirnya,

Sedikit yang kupahami dari kita, yang selalu kehilangan kata pembuka:

Kau kekasih,
adalah cara Tuhan menguji kekuatan
adalah cara memaknai cinta, yang ternyata tak selalu harus pura pura tahan

Dan beginilah akhirnya,

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Kenalan dengan saya disini!