Sebuah Surat
I swear I don’t know how – Rosemary
Clooney
Bersamaan dengan surat yang juga
puisi atau mungkin menurutmu puisi yang juga surat ini, kulampirkan beberapa
doa, daun pohon belimbing yang jatuh dan lantunan musik jazz yang manis saat
kubentuk juga pada akhirnya kalimat-kalimat.
Aku mengemasnya dalam bentuk
kalimat, karena kalimat sepatutnya harus selesai, juga perasaanku.
Perasaan dan kalimatku sekarat.
Keduanya ingin selesai cepat-cepat.
Sungguh, sulit sekali mencari
kosakata. Perasaanku, apa sudah ada rumusannya? Apa sudah ada maknanya?
Perasaanku bukan perkara cerita, apalagi puisi-puisi cinta.
Perasaanku adalah perkara degup
jantung yang liar berlari menembus hutan yang kini lebat di kepalaku setiap
malamnya, perasaanku adalah perkara gelisah yang berombak-ombak menghabisi
pantai di pagi harinya.
Sungguh, sulit sekali mencari
bentuk bahasanya.
Intinya, perasaan perasaan itu
selalu muncul dengan wajahmu sebagai latar belakang ceritanya. Perkara degup
jantung itu? Kau darahnya. Perkara hutan? Kau akar akarnya. Perkara gelisah?
Kau kumpulan sajaknya.
Kau adalah alasan Tuhan menguji
kekuatan. Kau adalah tanda baca yang tak kelihatan.
Semoga, kau selalu berbahagia, aku
juga. Sungguh, kau layak berbahagia
5 April 2017
0 komentar: