Pengasingan Bahasa Indonesia Dari Bahasa Pergaulan

17.13 Pohon Belimbing 0 Comments

Di tengah era globalisasi yang memadat, bahasa Indonesia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Hal tersebut telah dibuktikan dalam kebijakan bahasa nasional yang merupakan hasil dari seminar politik bahasa tahun 1999 tentang bahasa asing atau khususnya, bahasa Inggris yang menyebutkan bahwa bahasa asing dapat diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Namun, penyerapan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sendiri ternyata malah membuat tergerusnya bahasa Indonesia itu sendiri. Kosakata bahasa Inggris ternyata justru me-‘ninabobo’-kan kita dari bahasa milik kita sendiri. Dalam berkomunikasi, justru bahasa asing yang diserap itu seakan lebih menarik dan nyaman digunakan ketimbang bahasa Indonesia asli. Sebagai contoh sederhana, kita lebih sering menggunakan kalimat “Handphone saya sedang low battery.” daripada “Baterai telepon genggam saya sudah habis.”

Kecenderungan penggunaan bahasa asing diperparah dengan peraturan sejumlah sekolah yang mengharuskan bahasa asing sebagai bahasa komunikasi pertama. Para generasi muda dibentuk sedemikian agar berpikir bahwa seakan akan bahasa asing adalah bahasa yang dianggap superior dan bahasa dari kalangan terpelajar. Belum lagi, para orang tua yang sudah sejak dini mengenalkan bahasa asing kepada anak yang kenyataannya adalah tetap juga penerus bahasa Indonesia. Mereka berpikiran bahwa, penggunaan bahasa Inggris sejak dini akan berdampak bagus pada anak anak mereka di kemudian hari, tak peduli apa efek jangka panjang yang akan ditimbulkannya. Mereka seakan tak lagi peduli kepada bahasa Indonesia yang sejatinya adalah akar yang menghidupkan mereka.

Selain menganggap bahasa asing adalah bahasa yang superior, generasi muda juga menganggap bahasa asing lebih nyaman dan tepat untuk digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Generasi muda menganggap, penggunaan bahasa Indonesia, apalagi yang baik dan benar sangat tidak nyaman digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa Indonesia dianggap sangat kaku dan tidak efisien untuk digunakan.

Sebetulnya kini pergeseran bahasa Indonesia tidak lagi hanya sekadar dalam  pergaulan dan komunikasi sehari-hari. Kini, media baik media televisi maupun media cetak juga sudah melakukan penggusuran bahasa Indonesia. Hampir seluruh tayangan film, sinetron, dan iklan menjajakan bahasa asing sebagai bahasa yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat. Sebagian sastrawan, yang seharusnya mengemas bahasa Indonesia juga kini mulai bermain main dengan bahasa asing.


Untuk mengubah cara pikir yang sudah sedemikian melekat dalam masyarakat ketika menghadapi bahasa asing bukanlah hal yang mudah. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk bisa mengembalikan sumpah yang dahulu pernah diucapkan dengan lantang, Sumpah Pemuda yang menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa nomor satu. Dimulai dari diri sendiri, lebih banyak mengenal kosakata bahasa Indonesia memudahkan kita dalam menggunakan bahasa Indonesia secara nyaman dalam komunikasi sehari-hari. Bukan tidak mungkin, kelak bahasa Indonesia akan tergerus sedemikian hingga tidak lagi dikenal oleh pemiliknya sendiri.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Kenalan dengan saya disini!