Pengasingan Bahasa Indonesia Dari Bahasa Pergaulan
Di
tengah era globalisasi yang memadat, bahasa Indonesia dituntut untuk mengikuti
perkembangan zaman. Hal tersebut telah dibuktikan dalam kebijakan bahasa
nasional yang merupakan hasil dari seminar politik bahasa tahun 1999 tentang
bahasa asing atau khususnya, bahasa Inggris yang menyebutkan bahwa bahasa asing
dapat diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Namun,
penyerapan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sendiri ternyata malah
membuat tergerusnya bahasa Indonesia itu sendiri. Kosakata bahasa Inggris
ternyata justru me-‘ninabobo’-kan kita dari bahasa milik kita sendiri. Dalam
berkomunikasi, justru bahasa asing yang diserap itu seakan lebih menarik dan
nyaman digunakan ketimbang bahasa Indonesia asli. Sebagai contoh sederhana, kita
lebih sering menggunakan kalimat “Handphone
saya sedang low battery.” daripada “Baterai
telepon genggam saya sudah habis.”
Kecenderungan
penggunaan bahasa asing diperparah dengan peraturan sejumlah sekolah yang
mengharuskan bahasa asing sebagai bahasa komunikasi pertama. Para generasi muda
dibentuk sedemikian agar berpikir bahwa seakan akan bahasa asing adalah bahasa
yang dianggap superior dan bahasa dari kalangan terpelajar. Belum lagi, para
orang tua yang sudah sejak dini mengenalkan bahasa asing kepada anak yang
kenyataannya adalah tetap juga penerus bahasa Indonesia. Mereka berpikiran
bahwa, penggunaan bahasa Inggris sejak dini akan berdampak bagus pada anak anak
mereka di kemudian hari, tak peduli apa efek jangka panjang yang akan
ditimbulkannya. Mereka seakan tak lagi peduli kepada bahasa Indonesia yang
sejatinya adalah akar yang menghidupkan mereka.
Selain
menganggap bahasa asing adalah bahasa yang superior, generasi muda juga
menganggap bahasa asing lebih nyaman dan tepat untuk digunakan dalam komunikasi
sehari-hari. Generasi muda menganggap, penggunaan bahasa Indonesia, apalagi
yang baik dan benar sangat tidak nyaman digunakan dalam berkomunikasi
sehari-hari. Bahasa Indonesia dianggap sangat kaku dan tidak efisien untuk
digunakan.
Sebetulnya
kini pergeseran bahasa Indonesia tidak lagi hanya sekadar dalam pergaulan dan komunikasi sehari-hari. Kini,
media baik media televisi maupun media cetak juga sudah melakukan penggusuran
bahasa Indonesia. Hampir seluruh tayangan film, sinetron, dan iklan menjajakan
bahasa asing sebagai bahasa yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat.
Sebagian sastrawan, yang seharusnya mengemas bahasa Indonesia juga kini mulai
bermain main dengan bahasa asing.
Untuk
mengubah cara pikir yang sudah sedemikian melekat dalam masyarakat ketika
menghadapi bahasa asing bukanlah hal yang mudah. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk bisa mengembalikan sumpah yang dahulu pernah diucapkan dengan
lantang, Sumpah Pemuda yang menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa nomor
satu. Dimulai dari diri sendiri, lebih banyak mengenal kosakata bahasa
Indonesia memudahkan kita dalam menggunakan bahasa Indonesia secara nyaman
dalam komunikasi sehari-hari. Bukan tidak mungkin, kelak bahasa Indonesia akan
tergerus sedemikian hingga tidak lagi dikenal oleh pemiliknya sendiri.
0 komentar: