Perjalanan II
Kuingat dulu pertama kali aku menyadari kalau aku jatuh cinta denganmu, itu karena tawa yang saat itu kau lontarkan memecah gerimis di atap taksi yang mengiringi pembicaraan kita.
Saat itu, kupikir mungkin ada celah bagiku untuk tumbuh disitu, sama seperti tanaman kecil yang tumbuh di sudut kecil tembok rumahku yang terpecah, yang entah apa namanya.
Namun, aku sebegitu bodoh, menginginkan dapat menjadi tanaman kecil di tembok yang kamu buat, padahal dibalik tembok itu ada taman indah yang hanya muncul di dongeng para peri.
Hari itu, kamu begitu bahagia sepertinya, kamu duduk di seberang perempuan, yang pada saat itu kusadari kalau kamu terlihat mencintainya. Kamu tertawa tawa dan secara tidak langsung kamu terlihat begitu mencintainya. Aku bingung mau menuliskannya bagaimana.
Aku ikut tertawa bersama waktu itu. Dan itu saat pertama dimana aku membuat senyum dan tawa palsuku yang pertama, yang ternyata begitu menyedihkan dan memuakkan. Tapi kau tahu, tidak lucu kalau aku menangis saat itu. Tapi terimakasih, aku jadi memahami betul rasanya.
Dan yang paling menyedihkannya lagi, saat aku dengan polosnya percaya kalau kalian benar benar akan pergi berdua waktu itu, dan berkata kalau aku tidak apa apa pulang bersama yang lain. Kamu terlihat marah, kamu bilang kamu tidak akan pergi berdua didepanku. Apa saat itu kamu tahu kalau aku mencintai kamu? Apa saat itu kamu tahu kalau disitu pertama kalinya aku menangis untuk laki laki yang aku cintai?
Apa kau tahu rasanya?
Tapi yang kutahu, kau mencintainya, dia mencintaimu.
Dan seperti yang kupelajari dari Sapardi Djoko Damono, aku tidak akan berhenti mendoakan kebahagiaanmu
0 komentar: