Tentang cinta dan keyakinan
Suatu saat kita akan duduk dan diam. Dan berkata bahwa itu adalah cinta.Dan biarkan bintang bintang jatuh, sama seperti setiap kata kata yang ingin kuucap.
Aku jatuh cinta.
Matanya, dan mimpi mimpi di dalamnya, sama cantiknya dengan langit yang dipenuhi komet.
Suatu saat kita akan duduk dan diam. Semua yang kita lihat hanya langit.
Nanti kita akan bernyanyi dan berkidung. Entah apa, dan kita juga takkan tahu mengapa.
Lalu kamu mulai bercerita.
Katamu, dulunya kamu punya sayap, dikehidupanmu yang dulu, kamu percaya reinkarnasi.
Buktinya adalah tanda lahirmu di punggung, katamu suatu saat akan menunjukkan itu padaku.
Tanda lahir adalah tanda dari kehidupan sebelumnya. Kamu percaya.
Kukatakan, aku punya tanda lahir di pergelangan tangan. Katamu,berarti mungkin di kehidupanku sebelumnya aku mati bunuh diri. Aku bergidik. Kamu tertawa.
Lalu lanjutmu, mungkin beberapa ratus tahun yang lalu, ada yang hidup menjadi aku, sekarang dia sudah mati. Aku juga pasti akan mati. Begitu 'kan hidup? Tanyamu.
Aku tersenyum."Membosankan. Siklus hidup seperti itu membosankan, bukan?" Jawabku.
Laki laki itu bertanya lagi "Kalau tentang surga dan neraka?"
"Setidaknya, kalau boleh memilih, aku lebih suka cerita tentang surga dan neraka. Setidaknya manusia mempunyai tujuan." Jawabku.
Lalu kami saling menatap. Dengan diam. Sebut saja itu cinta. Perbincangan seperti ini akan membuat dada kami terasa sesak. Membuat jarak diantara kami yang tak bisa dipecah. Perbedaan keyakinan. Lalu aku berdiri, meninggalkannya yang terpaku menatap langkahku yang terus menjauh sambil menggumam.
"Kupikir sulit mencintai seseorang tanpa mencintai penciptanya."
Khayalanku meredam.
Suatu saat kita memang lebih baik duduk dan diam. Tanpa cerita. Dan sebut saja itu cinta.
0 komentar: