Kelak, untuk seseorang yang mencintai saya
Banyak
sekali yang harus kuperjelas di sini untuk kamu, kelak seseorang yang mencintai
saya. Yang pertama, cintai saya tanpa bertanya mengapa. Karena cukup cinta kamu
yang saya ingin, bukan alasan alasan yang masuk di kepala kamu, atau mungkin
saya, karena memang ada logika yang menerjemahkan cinta dan rumusannya seperti
apa? Nah, saya jadi ikutan banyak tanya. Cintai saya tanpa bertanya apa, karena
banyak jawabannya yang mudah sekali hilang, kefanaan adalah milik bumi, sedang
saya ingin cintamu jauh melebur ke dalam tanah-tanah, tanpa bertanya kapan
karena saya ingin waktu yang abadi, tanpa bertanya bagaimana karena biarlah
kegilaan dan kewarasan kau dan aku adalah rahasia yang nanti kucari tahu
sendiri, jangan tanya di mana karena aku ingin cinta yang buta arah, namun juga
kenal jalan untuk sesuatu yang kelak kamu sebut rumah (bisa jadi aku, bisa jadi
enggak sih). Yang kedua, cintai saya dengan berani. Jika kamu mencintai saya,
bilang. Bisa jadi saya juga ternyata jatuh cinta dengan kamu. Ya, jangan balik
minta keberanian itu dari saya, kalau saya seberani itu, saya bukan jadi
pengecut yang bersembunyi di balik puisi, apalagi kata kata macam begini. Kalau
saya jatuh cinta sama kamu, saya akan jadi pengecut paling bodoh yang pernah
kamu lihat (ini serius!). Lalu cintai saya dengan dirimu sendiri. Cintai saya
dengan kebodohan dan kegilaanmu, cintai saya dengan kekanakan, dengan egois,
dengan menyebalkan. Cintai saya dengan jiwamu yang klasik, yang kontemporer,
yang pop, entah apapun. Biarkan saya mengenal kamu dengan seluruh ketidakberdayaanmu.
Mungkin saya tidak akan banyak membantu, tapi mungkin juga bisa, kan?
Kemungkinan-kemungkinan adalah nyata selama waktu memberikan banyak jeda.
Cintai saya dengan gila dan kesabaran dan kelapangan dan keikhlasan yang luar
biasa karena kalau kamu mencintai saya, kamu harus mencintai ke overthink an saya, mencintai tawa saya
yang malu maluin, mencintai kenorakan saya lihat hal hal yang bagi saya menarik
(dan itu banyak!), mencintai gaya cerita saya yang aneh, mencintai masakan saya
(yang kadang tidak enak), mencintai ketidakpercayaan diri saya, mencintai
omongan dan celetukan saya yang asal, mencintai anjing (please, pelihara anjing sama saya), mencintai kebiasaan saya setel
musik saat mandi (apalagi kalau lagu Smokie saya putar putar terus), mencintai
saya yang berisik dari jam lima pagi (tiba tiba bikin kopi, nyanyi nyanyi,
ngelukis, bersih bersih). Cintai saya dengan peduli karena saya tidak akan
pernah bisa memberitahukan apapun ke kamu tentang apa yang saya rasa sebelum
kamu bertanya. Saya bukan deklamator atau pencerita yang baik.
Yang
terakhir, cintai saya dengan doa. Ceritakan saya kepadaNya, ceritakan bagaimana
kamu bisa dengan sintingnya mencintai saya.
Karena
bisa jadi, saya juga melakukan hal yang sama
0 komentar: