Abyasa
Abyasa,
sedang mengajar Weda ketika Satyawati memikirkannya.
Ia adalah anaknya yang pergi, dulu, dulu sekali
Pergi mengejar, mengajar suara suara Brahman pada semesta
Meninggalkan bundanya, demi kekekalan moksa.
Sang Krishna Dwaipayana, Sang Brahmana
Ia tahu tugas sucinya, Ia tahu Sruti harus diturutinya
Ia mengangguk saja ketika ibundanya bertitah
Ia harus meniduri iparnya
Abyasa tahu,
Permaisuri adiknya begitu jelita,
Ambika dan Ambalika,
Maukah mereka menerima rupaku yang hina
Sebagai cukupan penebus dosa?
Dengan kecewa ia tiduri Ambika,
Yang menangis, menutup matanya
Drestarastra lahir setelahnya
Anaknya cerdas, gagah dan penuh dengan berkat keselamatan
dunia
Tapi Ia buta
Satyawati, ibunya, menangis begitu pilu
Katanya “ Bagaimana ia mendatangkan kejayaan bagi Bangsa
Kuru?
Sementara matanya bahkan tak bisa membedakan rakyatnya satu satu
Kembali ia kecewa,
Saat ia tiduri Ambalika,
Yang pucat ketakutan melihat rupa Sang pertapa
Pandu Dewanata lahir setelahnya
Dengan kulit putih, seputih arwah dari dunia orang mati
Satyawati, ibunya, menangis begitu pilu juga
Katanya “ Bagaimana ia mendatangkan kejayaan bagi Bangsa
Kuru?
Sementara kulitnya begitu halus dan putih seperti hantu
Abyasa akhirnya dimintanya pergi sekali lagi.
Dan didapatinya gadis manis duduk di pinggir ranjang
Atas suruhan Ambika
Dayang Drati dari Kasta Sudra,
Bangkit dan sujud di kaki Abyasa
Bercinta dengan bahagia yang terdengar sampai Nibanna
Tapi ternyata itu juga pura pura,
Ia meronta saat bersanggama dengannya
Setelah itu lahirlah Yama Widura,
yang panjang sebelah kakinya
Abyasa manusia wicaksana,
Ia lebih pilih jadi pertapa,
kembali tinggalkan nafsu angkara,
karena ia hanya tahu,
Hanya Sang Dewa yang mencintainya
Tanpa syarat dan perihal apa apa.
Tanpa syarat dan perihal apa apa.
Jakarta, 30 Agustus 2016
5 komentar: